Menghitung tak Selalu Soal Angka

Desember 22, 2022


"Apa pun bisa dihitung, asalkan kita tau cara menghitungnya"

Barangkali ungkapan itu tepat, untuk meringkas obrolan saya dengan Bude saya sore itu. sebetulnya kami banyak membincangkan berbagai hal dalam suasana menjelang petang itu--tentang bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak, bagaimana membina rumah tangga dengan segenap sikap kejujuran diantara kedua belah pihak, bagaimana kiat-kiat merintis karir, dan, tak ketinggalan hal-hal receh juga turut kami bahas, dari mulai suasana perkampungan simbah, harga-harga kebutuhan pokok yang meroket, pendidikan anak yang penuh dengan tuntutan, dan lain sebagainya.

Akan tetapi ada satu hal yang cukup menarik perhatian saya, ialah perbincangan kami mengenai, bagaimana memanajemen keuangan keluarga. bicara tentang keuangan keluarga, memang suatu yang bisa dikatakan sebagai nyawa untuk melangsungkan perjalanan keluarga. Sebab, keuangan keluarga yang tidak diatur secara baik, juga akan berdampak pada hubungan keluarga yang tidak baik pula. lebih-lebih kalau kurang dilandasi oleh nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan antara pasangan.

Lain dari, itu, kenapa menurut saya ini menarik, sebab pada saat ini, saya juga sedang mengambil penelitian tesis pada jenjang strata dua, yang meneliti juga terkait dengan literasi finansial pada ranah keluarga. Dan, sebab saya belum sempat merasakan hiruk pikuk rumah tangga, maka tak ada salahnya pikir saya bertanya, berdiskusi, sekaligus memulung ilmu dari pihak yang sudah lebih dulu menerapkannya.

"Bude juga seperti akuntan dalam rumah tangga, hal-hal sekecil apapun tetap harus dihitung, dan tidak hanya uang, waktu pun juga harus dihitung." Ucap bude sambil menyuguhkan kurma dan segelas teh hangat. Saya pun dengan sigap mencicipi kurma yang katanya oleh-oleh dari Arab Saudi itu.

 "Bagi industri rumahan, lebih-lebih yang menjual produk-produk makanan, penentuan harga jual memang gampang-gampang susah, soalnya kita harus memperhitungkan juga kisaran naik turunnya bahan pokok makanan itu" ucap bude. "jangan sampai ketika kita sudah mematok harga makanan sekian, ternyata beberapa bulan kedepan bahan bakunya melonjak tajam, nanti kita justru bisa rugi, sedangkan kita tidak mudah menaikan-menurunkan harga makanan itu, soalnya pelanggan gak mau tau soal naik-turunnya harga bahan baku makanan itu" imbuh Budhe.

Selain itu, menurut Budhe soal waktu dan tenaga pun juga harus dihitung "wort it" apa tidak dengan penghasilan yang kita dapatkan. Misalnya kalau ada pesanan kue yang terlalu ribet pengerjaannya, sedangkan keuntungannya dirasa kurang sepadan dengan waktu dan tenaga yang dikerahkannya, Budhe lebih memilih untuk mengalihkannya ke teman yang lain.

Dari cerita-cerita Budhe itu, saya rasa Budhe tipikal ibu rumah tangga yang cukup selektif dan penuh pertimbangan dalam menjalankan apa pun dalam kehidupannya--termasuk usaha yang ia rintis, pendidikan anaknya, kesehatan anggota keluarganya dan lain sebagainya.

lebih-lebih pada usaha yang ia rintis, dari ceritanya, ia terkesan begitu rinci menghitung setiap bahan makanan yang akan dijadikan jajanan, dari mulai perkiraan berapa bahan yang harus dihabiskan untuk membuat jajanan tersebut, perkiraan kenaikan harga setiap bahan, tarif harga yang bisa terjangkau oleh pemesan, namun tetap relevan untuk mendapatkan keuntungan, dan jumlah tenaga dan waktu yang tak luput juga untuk dipertimbangkan sebagai hitung-hitungan usaha.

"Tentu segala usaha memang harus kita kembalikan kepada Tuhan, tapi Tuhan juga memberikan kita pikiran untuk memperkirakan (menghitung) setiap yang usaha yang kita upayakan" ucapnya disela-sela saya menyeruput teh hangat.

Satu lagi yang membuat saya cukup kagum dengan beliau, beliau ialah tipikal wanita yang berprinsip dan penuh perhitungan (pertimbangan). Tidak gampang goyah oleh omongan tetangga. Beliau tetap bersikukuh dengan apa yang menjadi keyakinannya. Seperti ketika tetangganya memilih untuk bergaya hidup serba "wah" beliau justru tetap memilih gaya hidup yang sederhana, yang terpenting anaknya bisa mendapat akses pendidikan yang bermutu, fasilitas-fasilitas keluarganya tercukupi, keberlangsungan keuangan keluarganya stabil. 

itulah yang barangkali tidak dimiliki semua ibu rumah tangga, sebab diera kekinian, banyak pula yang tergiur oleh apa-apa yang lagi marak di media sosial, terkait dengan pakaian, makanan, gaya hidup dan lain sebagainya--tanpa menghitung dan mempertimbangkan dulu seberapa jauh kemampuannya mengikuti gaya-gaya tersebut.

sekali lagi, segala sesuatu dapat dihitung, asalkan kita tau cara menghitungnya.

 W.Z

You Might Also Like

0 komentar

Sederhanalah Sejak dalam Pikiran!

Malam itu, aku sempat bertanya pada ibu "apakah ibu dan bapak menginginkan dicarikan mobil untuk a...

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images