Perubahan dan Seribu Satu Kisah Yang Menyebalkan

Maret 17, 2021

 


 

Kalau anda bertanya apa yang pasti di dunia ini, maka akan tercetus dua jawaban, yakni “ketidakpastian” itu sendiri dan “perubahan”. Baik kepastian atau pun perubahan, sifatnya adalah mutlak, absolut alias “pasti terjadi”. Sekonyong-konyong apa pun anda menepisnya, perubahan tetap akan terjadi, sebab ia sudah menempel erat di nadi dan napas kehidupan.

Ya, perubahan itulah yang sepatutnya menjadi dasar untuk kita sadari sedari awal. Seperti halnya kita sadar bahwa bumi itu datar. Oh bukan, maksud saya selayaknya kita sadar bumi itu bulat. Ah, apapun yang anda sepakati terkait bentuk bumi-- baik itu datar, bulat atau  jajaran genjang, yang terpenting anda sadar dan sepakat, bahwa anda sedang berpijak di bumi, bukan di Uranus. Sebab, dengan kesadaran seperti itu, anda tidak mungkin berniat terjun dari puncak Monas sembari berharap kepala anda tetap utuh.

Begitu pula dengan perubahan, dengan menyadari betul bahwa perubahan itu pasti terjadi, anda tidak mungkin akan bertindak bodoh dengan membentur-benturkan kepala ke tembok, setelah mengetahui kulit anda mulai keriput atau mulai tumbuh ilalang berwarna putih di kepala.

Anda juga tidak akan memukul jidat suami anda dengan benda tumpul, ketika merasa ia tak seromantis sewaktu pacaran dulu, anda tidak akan berpikir untuk memblokir akun media sosial teman anda, hanya karna ia berubah menjadi teman yang sok sibuk setelah sekarang  berumah tangga. Semua itu tidak akan membuat anda gelisah berlebihan, sebab anda tau betul perubahan pasti terjadi. Dan, dengan enteng anda akan mengatakan “selamat datang” untuk perubahan.  

            Apapun bentuk perubahan terkadang memang mengagetkan dan tak jarang membuat dada anda terasa sesak—seperti tertindih bongkahan es yang bebannya dua kali berat tubuh anda. Terkadang juga menimbulkan kesedihan Sementara. Itu wajar-wajar saja. Namun, yang menjadi Toxic adalah ketika perubahan itu direspon secara berlebihan, dan berlarut-larut dijadikan kegelisahan.

            Terkait dengan perubahan, saya juga mempunyai salah seorang teman yang nampaknya begitu alergi dengan perubahan. Hipotesa itu saya ambil setelah banyak mendengar kicauan-kicaunnya. Memang, saya sudah terbiasa menjadi wadah tempat ia bercerita setiap kali ia tertimpa benda sial dari langit, atau anugrah indah yang meletup-letup dari perut bumi.

            Kami berteman baik sejak kecil, atau bisa dibilang sejak dalam orok. Ia sangat leluasa membanjirkan cerita ke kuping saya. perihal apapun. Perihal kemampuannya membobol wifi tetangga, ketegaannya memakan tiga tokek dan satu biawak balita untuk mengobati sakit kulit, kebiasan menaruh garam dikopinya sendiri untuk begadang semalaman-- agar bisa menuntaskan komik kesukaan, kedongkolannya yang gagal saat tes wawancara kerja-- hanya karena ia tidak bisa memasang dasi secara baik dan benar, keberhasilannya mempiristri biduan cantik yang menjadi incaran banyak pria, kejengkelan saat melihat anaknya menangis minta dibelikan jajanan kinder joy sedang dompetnya juga akan ikut menangis jika ia menurutinya.

            Dan, sejibun cerita dramatik lainnya.  Anehnya, saya mendengarkan cerita-cerita itu dengan cukup antusias, seperti anak kecil yang memasang kupingnya baik-baik saat mendengar pendongeng ulung. Sungguh, Ragam cerita itu sama sekali tidak membuat kuping saya gatal. Namun, sekonyong-konyong kepala saya akan terasa pening, saat ia menceritakan perubahan-perubahan dalam hidupnya yang ia anggap sebuah “kesialan”.

  Biasanya, setelah menyeruput secangkir kopi di salah satu gerai kopi langganan kami,  ia akan menggelontorkan keluh-kesahnya pada saya “Istriku, sekarang sudah tidak semenarik dulu lagi, bre” ucapnya sedikit memelas. “Perutnya mulai buncit setelah melahirkan, malas berdandan, dan kerutan di sekujur tubuhnya mulai nampak.”  

Sebelum saya menyampaikan petuah bijak sekenanya-- yang saya kutip dari salah satu buku, ia akan seketika menimpali lagi dengan keluhan lainnya;  “Mertuaku sekarang tak lagi sesungkan dulu, dia seenaknya nyuruh ini-itu, adikku sekarang masuk sekolah menengah, dan sialnya ia mulai suka genit pada laki-laki seumurannya, ibuku, ayahku, adik-adiku semua berubah, sekarang tak peduli denganku, bre.” Sebelum semua keluhan itu selesai ia semburkan, saya sudah berubah menjadi mumi, dan, siap menerkamnya hidup-hidup, lantas menghisap darahnya sampai tandas.  

            Segala hal blangsak yang dipersoalkan teman saya itu pada intinya adalah perihal perubahan demi perubahan. Suatu siklus pasti yang tak kunjung ia terima. Dan, saya berharap segala perubahan yang menampar hidup anda, tidak serta merta membuat anda linglung dan stres berkepanjangan.

Saya teramat menyayangi anda, seperti saya menyayangi kucing piaraan tetangga. Karena itulah saya akan sangat menyayangkan, jika suatu saat anda berniat mengakhiri hidup hanya karena bercermin dan mendapati pipi merona anda ditumbuhi satu jerawat, atau mungkin karena pacar anda berubah pikiran dan menikah dengan tetangga anda, Sekali lagi, terimalah itu sebagai bentuk perubahan.

            Kemampuan berdamai dengan perubahan ini akan sangat membantu anda untuk tidak mengalami kesedihan berkepanjangan. Jika setiap perubahan mengakibatkan anda muak dan terbelenggu olehnya. Atau, membuat anda ingin selalu meneriakan 6 huruh berawalan “J”  untuk menghardik teman, saudara, pacar, kerabat atau siapa pun yang berubah, maka hal itu sungguh akan membuat para dai menangis.

 Maka, selama anda masih berpijak di bumi yang datar, bulat atau jajaran genjang ini, berusaha berdamai dengan perubahan akan menjadi kunci menjalani hidup yang “waras”. Sungguh, ini bukan petuah yang sembarang saya kutip dari buku yang pernah saya baca. Tapi, kalaupun itu kata-kata kutipan, saya sama sekali tidak mau anda terus menerus mengeluh dan depresi berkepanjangan seperti teman saya. []

 

Ponorogo, 18/03/2021

Wasis Zagara, 

 

You Might Also Like

0 komentar

Sederhanalah Sejak dalam Pikiran!

Malam itu, aku sempat bertanya pada ibu "apakah ibu dan bapak menginginkan dicarikan mobil untuk a...

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images